PKS NEWS UPDATE:
« »

Selasa, 22 November 2011

Jangan Jadi Penikmat Dakwah !



Akhir-akhir ini, pertumbuhan organisasi Islam dan jumlah aktivis Islam semakin banyak, bahkan sangat banyak. Kalau kita masuk ke pelosok-pelosok desa, sudah semakin banyak jumlah aktivisnya. Apalagi di kota  besar, di kampus-kampus sangat banyak aktivisnya.
Namun, kalau kita perhatikan lebih dalam, maka kita akan menemui dari sekian banyak aktivis yang ada hari ini hanya sebagian kecil yang benar-benar dengan serius mengemban amanah dakwah, hanya sedikit yang memiliki tekad yang besar dalam beramal. Bisa dihitung orang-orang yang sebenarnya paling pantas menyandang predikat sebagai aktivis Islam. Mungkin jumlah aktivis yang benar-benar ikhlas dan berkontribusi sungguh-sungguh tidak lebih dari puluhan saja. Dan mungkin Anda bisa menghafal nama-nama mereka karena memang sangat sedikit.
Data aktivis Islam itu hanya terlihat banyak di dokumen, arsip, dan database saja. Namun kemana semua aktivis Islam itu pergi saat ada proyek-proyek amal yang menuntut kontribusi? Jika kita mau jujur pada diri kita, hari ini, yang banyak adalah kader aktivis Islam yang hanya menjadi penikmat-penikmat dakwah. Yang hanya hadir dari majelis ke majelis ilmu, kemudian mereka menjadi pengamat yang begitu nikmat mengomentari ini dan itu tentang perkembangan dakwah Islam hari ini. Mereka merasa cukup dengan perubahan mereka dari seorang muslim yang biasa-biasa saja, kemudian hari ini mereka telah masuk dalam lingkaran aktivis Islam. Mereka berhenti dan merasa cukup dengan apa yang ada pada diri mereka hari ini. Jika Anda bertanya pada mereka di organisasi mana saya mereka aktif, maka sebagian mereka bisa menyebutkan begitu banyak organisasi tempat mereka aktif, rata-rata diatas lima sampai sepuluh organisasi, namun hanya terdaftar namanya saja.
Jika suatu ketika Anda bertanya tentang peran dan kontribusi mereka dalam dakwah sejak mereka menyatakan bergabung dengan barisan aktivis dakwah Islam,  mereka hanya berkata, “Wah…, saya hanya simpatisan,” atau “Saya hanya pendengar saja,”  ada juga yang lebih parah mengatakan “Saya terjebak!” dan kalimat-kalimat lainnya yang sejenis.
Hari-hari mereka penuh dengan rutinitas. Setiap pekan jasad mereka hadir dalam lingkaran-lingkaran ta’lim (halaqah). Jasad mereka juga hadir dalam rapat dan pertemuan-pertemuan kader dakwah. Mereka juga hadir dalam seminar-seminar dakwah. Mereka membaca buku-buku dakwah. Mereka sangat menikmati artikel-artikel Islam dan kajian-kajian dakwah. Dan hanya sebatas itu. Ya, sungguh hanya itu saja yang mereka lakukan.
Namun ada pula yang lebih parah, mereka tidak tertarik membaca buku, dan mulai malas-malasan hadir di pengajian, saat halaqah yang mereka pertontonkan hanya kelemahan mereka, dengan memamerkan wajah ngantuk mereka. Jika Anda bertanya pada mereka, berapa buku yang sudah mereka baca, maka mereka hanya menuntaskan membaca satu atau dua buku saja dalam setahun. Ada pula yang hanya asyik membaca novel-novel dan cerpen yang kesannya sangat Islami kisahnya. Mereka hanyut dalam angan-angan cinta yang “islami”. Padahal kalau mau berkaca, orang-orang di level mereka semestinya bukan lagi menjadi penikmat novel-novel dan cerpen. Harusnya buku yang mereka konsumsi adalah buku-buku yang berhubungan dengan pemahaman dakwah mereka, karena mereka telah berjanji setia bahwa mereka telah menginfakkan harta dan jiwa mereka untuk memperjuangkan dakwah Allah. Mana janji manismu?
Biasanya, jika Anda perhatikan kehadiran mereka dalam agenda-agenda dakwah. Kebiasaan terlambat sudah menjadi trademark mereka. Karena mereka hanya memberikan waktu siwa mereka untuk dakwah Islam. Atau sedikit saja dari harta mereka untuk diinfakkan dijalan dakwah.
Padahal Allah pernah berfirman, “Dan janganlah kalian memilih yang buruk lalu kalian infakkan darinya.” (QS Al Baqarah 267)
Lalu kenapa yang diinfakkan adalah waktu sisa? Uang receh yang sudah tidak lagi berharga bagi mereka? Bukan kah Allah hanya menerima yang terbaik dari hambanya?
dakwah ini membutuhkan waktu utama kita, bukan waktu sisa.
dakwah ini membutuhkan harta utama kita, bukan harta sisa.
dakwah ini membutuhkan usia muda kita yang produktif, kuat dan sehat.
Islam ini meminta yang paling baik, mulia, dan agung dari diri kita semua.
Kalau kita lihat kembali sejarah para sahabat dan orang-orang shalih di masa lalu, kita akan temukan Abu Bakar yang telah menyedekahkan seluruh hartanya untuk dakwah. Saat Rasulullah bersabda, “Wahai Abu Bakar, apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?”
Abu Bakar menjawab, “Aku sisakan Allah dan Rasul-Nya untuk mereka.”
Tentu kita pun tahu siapa yang menjadi penyandang dana pasukan ummat Islam saat Perang Tabuk berlangsung? Beliau adalah Utsman bin Affan. Kita bisa bayangkan bagaimana beratnya beliau penjadi donatur tunggal. Beliau yang membiayai semua kebutuhan pasukan Muslimin saat itu. Mulai dari perbekalan, kendaraan perang bahkan sampai membiayai persenjataan saat itu. Dan kita pun tahu saat perang Tabuk jumlah pasukan Muslimin yang beliau biayai, lebih dari sepuluh ribu pasukan. Dan masih banyak lagi contoh kontribusi dakwah terbaik yang dipersembahkan oleh aktivis Islam di masa lalu.
Apa yang kita temukan hari ini? Bukan tidak banyak orang yang kaya raya, dan mereka adalah Muslim. Dan mereka pun adalah aktivis Islam. Namun kita tidak melihat mereka berinfak untuk membiayai dakwah dengan harta terbaik mereka. Bisa diamati bagaimana mereka begitu berat mengeluarkan infak bulanan dari penghasilan mereka untuk membiayai dakwah. Siapa yang siap menanggung dan membiayai proyek dakwah yang dahsyat ini? Siapa?
Sahabatku, sebenarnya masih banyak yang perlu kita renungi tentang keberadaan diri kita selama kita telah memutuskan untuk beriltizam dengan dakwah ini. Ketika saya mengatakan “mereka” sesungguhnya saya tidak sedang menunjuk siapa siapa. Bayangkan dihadapat kita ada cermin. Lihatlah wajah kita dicermin itu. Bertanyalah pada diri apakah benar kita aktivis dakwah Islam? Seperti kitakah profil kader dakwah Islam itu?
Mari bertanya, jika memang kita mengaku sebagai aktivis dakwah Islam, sudah berapa orang yang kita ajak pekan ini untuk hidup bahagia bersama Islam? Berapa orang yang sudah menjadi lebih baik di lingkungan kita dengan keberadaan kita? Bagaimana anak-anak kita? Apakah mereka betul-betul sudah hidup dalam nilai-nilai dakwah Islam? Bagaimana dengan istri dan suami kita? Apakah kita sudah hidup Islami? Sudahkah kita mendakwahi keluarga kita, tetangga kita, orang tua kita, atau mungkin kita belum melakukan semua itu? Lalu siapakah kita sebenarnya?
Sahabatku, jangan sampai hanya nama kita saja yang terdaftar dalam keanggotaan semua organisasi dakwah. Jangan sampai kehadiran kita dalam kegiatan kegiatan dakwah hanya untuk setor wajah dan mengisi absensi. Kemudian duduk, dengar, dan diam.
Mari kita buktikan bahwa kita betul-betul telah beriltizam dalam dakwah ini. Karena Islam memerlukan aktivis yang rela berkorban dan berkontribusi. Tidak ada manfaatnya jika kita hanya menonton dan berkomentar saat melihat persoalan ummat ini.
Coba bandingkan saat lampu padam di gelap malam, ada seseorang hanya berteriak-teriak ditengah kegelapan, mengkritik pengelola listrik negara, dan seterusnya. Seorang aktivis yang baik adalah ketika tahu bahwa listrik padam dan ruangan menjadi gelap, mereka akan berdiri dari tempat duduknya kemudian bergerak mencari sesuatu yang bisa menggantikan cahaya lampu listrik, menyalakan lilin atau lentera.
Sahabatku, sungguh keshalihan itu bukan dari kata, kemuliaan itu bukan dari ucapan. Namun, dengan amal dan kerja nyata.  Dan surga tidak akan bisa diraih tanpa melakukan perjuangan.
Oleh : Ahmad Rosadi Lubis 
Diambil dari fimadani.com gambar diambil dari sini

Tangisan Ukhuwah



Seperih rasa sakit.. Sungguh, jauh berbeda dari hari sebelumnya. Rasanya, air mata tak ingin berdiam diri, melepas diri, menangis. Dan aku tahu, saat itu, ada perih yang terasa menyayat hati. Dan aku paham, ukhuwah itu tidaklah sunyi dari uji.

“karena saat ikatan melemah, saat keakraban merapuh
Saat salam terasa menyakitkan, saat kebersamaan serasa siksaan
Saat pemberian bagai bara api, saat kebaikan justru melukai
Aku tahu, yang rombeng bukan ukhuwah kita
Hanya iman-iman kita yang sedang sakit, atau mengerdil
Mungkin dua-duanya, mungkin kau saja
Tentu lebih sering, imankulah yang compang-camping ,,, “
(Salim A Fillah )
Yah, benar..
Imanku sedang sakit, amalanku menurun dari semangat
Yah benar..
Akulah yang sebenarnya tersalah, akulah  yang pantasnya terdakwa.
Begitulah ukhuwah, atmosfer yang terkadang berganti. Menyengat, menyayat hati hingga sesekali menghalau air mata yang menandakan kesedihan.
Mungkin, aku yang tak paham bahwa sahabatku juga tak  lepas dari ujiNya. Hingga terkadang sedih menyergapnya, masih saja ku tambah dengan ketidakpahamanku. Dan sungguh, aku juga tak lepas dari ujiNya. Hingga terkadang sedih sedang berhadir bertemu dengan ketidaktahuanmu. Dan akhirnya, harus kita tahu, ukhuwah itu sedang di uji. Saat ketidakpahamanku  dan ketidaktahuanmu menyatu tanpa melebur. Kita mungkin tahu, tapi tidak mau tahu.
Apakah cinta dalam ukhuwah itu ada hanya ketika hati  tentram?
Apakah cinta dalam ukhuwah itu hadir hanya saat hati bahagia?
Lalu, kemana ia saat hati gerah memanas?
Lalu, kemana ia saat hati tangis memerih?
Mungkin, ia lagi bersembunyi, menghilang.
Mungkin akan kembali, mungkin tidak.
Begitulah ukhuwah, ia tak sepi dari uji.
Begitulah sakitnya rasa cinta dalam ukhuwah, kala ia tak lagi sama dengan sebelumnya, hati terasa memerih, memerah tangis. Kala kata-kata mulai tidak seperti biasanya, segeralah hati merundung sedih. Kalau lah tidak ada rasa cinta, sungguh itu takkan terjadi, namun apakah harus bahagia atau bersedih?
“Abu Bakr bersimpuh lalu menggenggam tangan sang Nabi. Ditatapnya mata suci itu dalam-dalam. ‘antara aku dan putra Al-Khattab,’ lirihnya, ‘ada kesalahpahaman. Lalu dia marah dan menutup pintu rumah. Aku merasa menyesal. Maka ku ketuk pintunya, kuucapkan salam berulangkali untuk memohon maafnya. Tapi, dia tidak membukanya, tak menjawabku, dan tak juga memaafkanku.’
Tepat ketika Abu Bakr berkisah, ‘Umar ibn Khattab datang dengan resah. ‘sungguh aku di utus pada kalian,‘ sang nabi bersabda menghardik, lalu kalian berkata, ‘engkau dusta!’
Wajah beliau tampak memerah, campuran antara murka dan rasa malunya yang lebih dalam dibanding gadis dalam pingitan.
‘hanya Abu bakr seorang,‘ sambung beliau, ‘yang langsung mengiyakan,‘ engkau benar ! ’lalu dia membelaku dengan seluruh jiwa dan hartanya. Masihkah kalian tidak takut pada Allah untuk menyakiti sahabatku?’
‘Umar berlinang, beristighfar dan berjalan bersimpuh mendekat. Tetapi tangis Abu Bakr lebih keras, derai air matanya bagai kaca jendela lepas. ‘tidak ya Rasulullah. Tidak. Ini bukan salahnya,‘ serunya terpatah-patah isak. ‘Demi Allah akulah yang memang yang keterlaluan.‘ lalu dia pun memeluk ‘Umar, menenangkan bahu yang terguncang. Mereka menyatukan rasa dalam dekapan ukhuwah, menyembuhkan luka.“
Dan lihatlah, insan-insan terbaik ini pun tak lepas dari uji dalam ukhuwah mereka. Dan begitu pun kita, dan disini aku berada di posisi ‘Umar yang (mungkin) menyakiti hambaNya, dan disini aku berada di posisi Abu  Bakr yang (mungkin) memang keterlaluan.
“Masihkah aku tidak takut menyakiti hamba Allah yang dicintaiNya, yang berkorban di jalanNya?“
Sungguh, sebenarnya aku takut. Semoga aku berada diantara kemaafan sahabat-sahabatku atas ukhuwah yang belum kutunaikan haknya. Dan ketahuilah, kita hidup dalam kemaafanNya.
“ Ya Rabb..
Izinkan aku mencintai sahabat-sahabatku baik di kala ia ridho atasku dan baik di kala ia enggan atasku..
Izinkan aku mengasihi sahabat-sahabatku baik di kala ia bahagia denganku dan baik di kala ia benci denganku..
Izinkan kami mencintai karenaMu, hingga ujian dalam ukhuwah ini bisa kami lewati dengan kefahaman kami dan keridhoanMu. “

 Oleh: Linda MS, Tangerang
Dicopy  dari www.fimadani.com, picture pirated from here

Sabtu, 19 November 2011

Setetes Darah Untuk Indonesia



PKS UBER - Hari ini dari jam 9-16 sore di DPD PKS Kota Bandung ada acara Donor Darah yang menjadi bagian peringatan hari pahlawan. Dengan tema Setetes Darah Untuk Indonesia.
Acaranya sendiri berjalan di aula gedung DPD PKS Kota Bandung yang baru dan megah di jalan katamso no 17 Bandung.
Tidak banyak yang bisa saya ceritakan tentang acara ini, karena saya sendiri hanya ada di lokasi acara , karena tadi menyempatkan diri mampir dalam perjalanan ke kantor. Dan sudah menjadi no urut 63. Tapi karena tekanan darah agak rendah jadi ditolak dan tidak diijinkan untuk ikut donor :(
Mudah-mudahan lain kali kalau ada kesempatan seperti ini bisa lebih fit dan bisa ikut serta ... :)

Jumat, 18 November 2011

KETIKA KITA MENGELUH

Ketika kita mengeluh : “Ah mana mungkin.....”
Allah menjawab : “Jika AKU menghendaki, cukup Ku berkata “Jadi”, maka jadilah (QS. Yasin ; 82)

Ketika kita mengeluh : “Capeeeek banget”
Allah menjawab : “...dan KAMI jadikan tidurmu untuk istirahat.” (QS.An-Naba :9)
... ...
Ketika kita mengeluh : “Berat banget yah, gak sanggup rasanya...”
Allah menjawab : “AKU tidak membebani seseorang, melainkan sesuai kesanggupan.” (QS. Al-Baqarah : 286)

Ketika kita mengeluh : “Stressss nih...Panik...”
Allah menjawab : “Hanya dengan mengingatku hati akan menjadi tenang”. (QS. Ar-Ro’d :28)

Ketika kita mengeluh : “Yaaaahh... ini mah semua sia-sia..aja”
Allah menjawab :”Siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji dzarah sekalipun, niscaya ia akan melihat balasannya”. (QS. Al-Zalzalah :7)

Ketika kita mengeluh : “Gila aja sendirian..gak ada seorangpun yang mau bantuin...”
Allah menjawab : “Berdoalah (mintalah) kepadaKU, niscaya Aku kabulkan untukmu”. (QS. Al-Mukmin :60

Ketika kita mengeluh : “ Duh..sedih banget deh”
Allah menjawab : “La Tahzan, Innallaha Ma’ana. Janglah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita:. (QS. At-Taubah :40)
Diambil dari status FB seorang sahabat

Wisdom in Islam



A Bedouin came one day to the Prophet (SAW) and said to him, "O, Messenger of God! I've come to ask you a few questions about the affairs of this Life and the Hereafter."

The Prophet (SAW) told him to ask what he wished.

Q: I'd like to be the most learned of men.
A: Fear God, and you will be the most learned of men.

Q: I wish to be the richest man in the world.
A: Be contented, and you will be the richest man in the world.

Q: I'd like to be the most just man.
A: Desire for others what you desire for yourself, and you will be the most just of men.

Q: I want to be the best of men.
A: Do good to others and you will be the best of men.

Q: I wish to be the most favoured by God.
A: Engage much in God's praise, and you will be most favoured by Him.

Q: I'd like to complete my faith.
A: If you have good manners you will complete your faith

Q: I wish to be among those who do good.
A: Adore God as if you see Him. If you don 't see Him, He sees you. In this way you will be among those who do good.

Q: I wish to be obedient to God.
A: If you observe God's commands you will be obedient.

Q: I'd like to be free from all sins.
A: Bathe yourself from impurities and you will be free from all sins.

Q: I'd like to be raised on the Day of Judgment in the light.
A: Don't wrong yourself or any other creature, and you will be raised on the Day of Judgment in the light.

Q: I'd like God to bestow His mercy on me.
A: If you have mercy on yourself and others, God will grant you mercy on the Day of Judgment.

Q: I'd like my sins to be very few.
A: If you seek the forgiveness of God as much as you can, your sins will be very few.

Q: I'd like to be the most honourable of men.
A: If you do not complain to any follow creature, you will be the most honourable of men.

Q: I'd like to be the strongest of men.
A: If you put your trust in God, you will be the strongest of men.

Q: I'd like to enlarge my provision.
A: If you keep yourself pure, God will enlarge your provision.

Q: I'd like to be loved by God and His messenger.
A: If you love what God and His messenger love, you will be among their beloved ones.

Q: I wish to be safe from God's wrath on the Day of Judgment.
A: If you do not lose your temper with any of your fellow creatures, you will be safe from the wrath
of God on the Day of Judgment.

Q: I'd like my prayers to be responded.
A: If you avoid forbidden actions, your prayers will he responded.

Q: I'd like God not to disgrace me on the Day of Judgment.
A: If you guard your chastity, God will not disgrace you on the Day of Judgment.

Q: I'd like God to provide me with a protective covering on the Day of Judgment.
A: Do not uncover your fellow creatures faults, and God will provide you with a protective covering on the Day of Judgment.

Q: What will save me from sins?
A: Tears, humility and illness.

Q: What are the best deeds in the eyes of God?
A: Gentle manners, modesty and patience.

Q: What are the worst evils in the eyes of God?
A: Hot temper and miserliness.

Q: What assuages the wrath of God in this life and in the Hereafter?
A: Concealed charity and kindness to relatives.

Q: What extinguishes hell's fires on the Day of Judgment?
A: Patience in adversity and misfortunes.

Related by Imam Ahmad ibn Hanbal

From sister sarah notes on fb  
picture pirated from roberto nencini, great foto album 

Lurik, Kesederhanaan Penuh Makna



Indonesia memang negara yang kaya akan individu yang kreatif dan memiliki cita rasa seni yang sangat tinggi. Hal tersebut tercermin dalam hasil olah karya di berbagai daerah. Semisal pada batik lurik.  Detail artistik yang ditorehkan pada kain batik lurik semakin membuktikan bahwa buah kreasi anak bangsa memang sangat prestisius, patut dibanggakan dan wajib dilestarikan.
Nama lurik sendiri berasal dari bahasa Jawa yakni lorek yang berarti garis-garis. Sesuai namanya, batik ini juga memiliki motif garis-garis yang melambangkan kesederhanaan. Meski sederhana, batik ini memiliki makna yang mendalam sebagai simbol status sosial dan fungsi ritual keagamaan.
Pada awalnya motif lurik masih sangat sederhana. Mulanya lurik dibuat dalam bentuk sehelai selendang yang berfungsi sebagai kemben dan alat untuk menggendong sesuatu dengan cara diikatkan ke tubuh. Lurik juga telah dikenal sebagai karya tenun sejak kerajaan Majapahit.
Motif lurik pun masih sangat sederhana pada awal kehadirannya. Dibuat dalam warna terbatas yakni hitam, putih atau kombinasi keduanya. Proses pembuatan lurik juga sangat sederhana. Dimulai dengan menyiapkan benang yang berasal dari tumbuhan perdu dan warna dominan hitam dan putih. Benang pun diberi rendaman daun pohon tom yang menghasilkan warna nila, biru tua dan hitam serta coklat dari batang mahoni.
Alat tenun yang digunakan pun cukup sederhana yakni bernama bendho dan tenun gendong. Keduanya terbuat dari bambu atau batang kayu. Disebut alat tenun bendho karena alat yang digunakan untuk merapatkan benang berbentuk bendho (golok) sedangkan untuk gendong sebutan tersebut dikarenakan salah astu bagiannya diletakan di belakang pinggang saat menenun.
Lurik digunakan untuk pakaian sehari-hari pada seluruh lapisan masyarakat. Namun motif lurik pun dibedakan untuk kalangan keraton dan masyarakat umum. Untuk wanita biasanya dibuat kebaya atau kain bawahan. Sedangkan untuk pria dipakai untuk beskap atau surjan. Selain itu lurik juga seringkali digunakan untuk berbagai upacara kepercayaan seperti labuhan, ruwatan, siraman, mitoni dan lain-lain.
Meskipun motif dasar lurik hanya berupa garis, namun lurik memiliki banyak variasi dan ragam motik seperti corak klenting kuning, sodo sakler, lasem, tuluh watu, lompong keli, kinanti, kembang telo, kembang mindi, melati secontong, ketan ireng, ketan salak dan lain-lain. Perpaduannya pun tidak hanya garis melainkan juga kotak-kotak, dua garis vertikal serta horizontal.
Batik lurik merupakan sebuah contoh kekayaan intelektualitas serta kreativitas leluhur. Kesederhanaan yang terpancar dari motif lurik dengan maknanya yang mendalam tak lain menggambarkan kebudayaan dan nilai-nilai yang ditanamkan para leluhur di tanah nusantara. Selain itu, keberadaan lurik hingga saat ini juga sebagai cerminan apresiasi generasi penerus akan karya seni budaya Indonesia.
Anda Bisa membaca artikel aslinya di paling indonesia.com

Segar Pagi

Tweet dari Fahri Hamzah, Wasekjen  DPP PKS
Jumat 18 November 2011


Jika kita mau rencanakan #SegarPagi dan segar seharian, saya ada resep kecil kepada twips.

Pertama, sebelum tidur malam. Sebaiknya jangan terlalu malam. Dan rencanakan 24 jam esok harinya mau apa.

Kedua, tidurlah dalam posisi baik yg membuat kita bisa bangun tepat waktu. #SegarPagi

Sebagian twips yg ingin sholat subuh di masjid, silahkan rencanakan bangun lebih awal. #SegarPagi

Kemudian, bagi yg memiliki aktifitas pribadi rutin berzikir, bertahanlah sejenak di masjid. Misalnya membaca #ma'surat.

Selanjutnya, saran saya. Mulailah berolah raga, SPI atau SKJ atau apa saja yang mengolah tubuh. #SegarPagi

Lalu, satu per satu jadwal kita yg ada dalam list yg telah kita buat semalam kita leksanakan. #SegarPagi

Demikian twips, saran kecil di pagi yang indah ini. Jangan lupa mendengar musik dan bersenandung. Tersenyumlah selalu.

Kamis, 17 November 2011

Tarbiyah Quote 3

TQD: "Ketahuilah bhw setiap zaman ada tokohnya, begitu pula dgn dakwah. Janganlah perbandingan2 ini justru membuat kita lemah. Dan mmg sdh seharusnya dakwah meningkat dari satu fase ke fase lainnya, krn blm tentu generasi yg awal lbh baik semuanya. Sy fikir jg kalau kita menggunakan cara2 spt dulu, ya tdk akan berkembang." (Ust. Aus Hidayat Nur, dikutip dr wawancara beliau di Majalah Tarbiyah edisi 11, Mei-Juni 2004)



Rabu, 16 November 2011

Rahmat Abdullah, Simbol Spiritualisme Dakwah Kita

 oleh : Anis Matta, Lc.

 Suatu hari, lebih dari 15 tahun lalu, lelaki itu datang dengan tenang. Jaket tentara rada lusuh yang ia kenakan membuatnya tampak gagah dan berwibawa. Tapi kelembutan tetap memancar kuat dari sorot matanya. Disana ada cinta. Disana ada cinta. Memanggil-manggil. Seperti sinar purnama yang memancar kuat menembus awan malam. Itulah pertama kali saya melihat guru saya, KH.Rahmat Abdullah, ketika beliau mengisi salah satu materi dalam sebuah dauroh di Puncak.  Saya masih mahasiswa saat itu. Pertemuan pertama itu menguatkan kesan yang telah terbentuk sebelumnya dalam benak saya tentang wajah seorang dai, seorang murobbi, seorang mujahid. Setidaknya pada biografi tokoh-tokoh pejuang Ikhwan di Mesir, atau Jamaat Islami di Pakistan, atau Masyumi di Indonesia.


Ketika beliau berbicara lebih dalam mengenai fiqh dakwah, saya segera menyadari bahwa kedua kaki saya telah melangkah jauh kedalam kafilah dakwah yang selama ini hanya saya rasakan dalam bacaan. Walaupun sama-sama berada dalam kafilah dakwah ini, tapi bertahun-tahun kemudian saya belum pernah bertemu dengan beliau dalam satu tim kerja. Sampai akhirnya perjalanan dakwah ini menemukan hajat besar untuk membentuk partai politik. Berdirilah Partai Keadilan pada tahun 1998. Sejak itu hingga beliau wafat pada Selasa 14 Juni 2005 lalu, saya bertemu secara intensif dengan beliau di Lembaga Tinggi Partai.

Di antara pelajaran hidup yang saya peroleh dalam perjalanan dakwah ini adalah fakta bahwa wazan atau timbangan seseorang dalam hati kita, atau dalam komunitas kita, biasanya baru menjadi nyata dan jelas setelah orang itu pergi. Mungkin ini salah satu hikmah mengapa Islam melarang kita menyanjung orang hidup: karena kita tidak pernah tahu bagaimana kehidupannya akan berujung.

Setelah seseorang pergi, kita segera tahu "ruang kosong" apa yang ditinggalkan orang itu dalam hati kita, atau dalam komunitas kita. Kesadaran kita tentang ruang kosong itu tidak akan pernah begitu jelas selama orang itu masih hidup dan berada di antara kita, sejelas ketika orang itu akhirnya pergi. Ruang kosong yang dirasakan setiap orang pada seseorang tentu saja berbeda-beda. Tapi jika orang-orang itu berada dalam komunitas yang sama, maka ruang kosong yang kita rasakan secara kolektif biasanya selalu sama.  Kalau kita menelusuri ruang kosong yang ditinggalkan seorang tokoh, lalu kita mencoba menemukan "kunci kepribadian" tokoh itu, biasanya kita akan menemukan takdir sejarahnya secara lebih akurat. Kunci kepribadian adalah alat kecil yang membuka pintu bagi kita untuk menemukan penjelasan tentang makna dan korelasi dari setiap tindakan seseorang. Itu dua kata kunci: ruang kosong dan kunci kepribadian, yang mengantar kita untuk menemukan tempat dimana seorang tokoh bersemayam dalam sejarah.

Jika belajar sejarah lebih dalam, kita akan menemukan satu fakta bahwa tokoh-tokoh memberikan porsi yang sangat besar dalam menjelaskan berbagai peristiwa besar dalam sejarah. Walaupun bukan merupakan seluruhnya, tapi Hasan Al Banna adalah penjelasan besar tentang fenomena Ikhwanul Muslimin di Mesir. Begitu juga Al Maududi adalah penjelasan besar tentang Jemaat Islami di Pakistan. Seperti juga Cokroaminoto, Soekarno, Agus Salim, Natsir, Tan Malaka, Aidit adalah penjelasan besar tentang Indonesia pada paruh pertama abad 20.

Tidak sulit bagi mereka yang pernah berinteraksi lama dengan Rahmat Abdullah untuk menyimpulkan bahwa beliau adalah simbol spiritualisme PKS.

Spiritualisme adalah kata kunci menjelaskan dan merangkum sifat-sifat utama beliau: ikhlas, zuhud, wara’, tawadhu’, shidiq dan cinta. Tampak luar dari semua sifat itu adalah kelembutan. Dan itulah yang kita rasakan dalam setiap interaksi dengan beliau: selalu ada canda, selalu ada kehangatan, selalu ada kegembiraan, selalu ada cinta. Tapi semua terengkuh dalam nuansa spiritual yang kental. Jiwanya seperti ruang besar yang dapat menampung semua karakter. Karena itu anak-anak muda dengan berbagai karakter merasakan ketenangan batin saat bersama beliau: semacam limpahan kasih sayang yang tak pernah habis. Dalam halaqahnya berkumpul para intelektual, pengusaha, aktivis sosial dan lainnya. Dan yang unik, seorang murid beliau yang memiliki latar belakang kehidupan anak-anak tentara yang keras dan kasar mengatakan bahwa hanya karena kelembutan beliau saya bisa bergabung dengan dakwah ini. Mungkin itu sebabnya para kader lantas menjuluki beliau sebagai Syekh Tarbiyah.

Kita juga merasakan sentuhan spiritualitas yang kuat itu ketika beliau membacakan doa dalam demonstrasi-demonstrasi mendukung perjuangan saudara-saudara kita di Palestina, Irak, Afghanistan dan lainnya. Isi doa-doa beliau merefleksikan hati penuh makrifat pada Allah swt. Makrifat itulah yang menyentuh dan menundukkan hati kita pada Allah swt: tiba-tiba saja hiruk pikuk demo berubah menjadi majlis zikir yang khusyuk, dan teriakan-teriakan perlawanan berubah jadi tangis jiwa yang pilu bertawakkal.

Ketika sifat-sifat utama dibawa kedalam kerja-kerja dakwah yang bersifat struktural dalam kerangka amal jama’i, beliau selalu bisa bekerjasama dengan semua orang. Sifat-sifat utama itu mungkin tidak selalu kompatibel dengan jabatan-jabatan struktural yang memerlukan keterampilan manajerial dan tehnis. Tapi sifat-sifat itu efektif menyatukan orang-orang dengan potensi tehnis. Karena itu, mungkin prestasi terbaik beliau adalah ketika beliau menduduki posisi sebagai ketua bidang kaderisasi di DPP sebelum akhirnya menduduki posisi sebagai ketua MPP. Disana anak-anak muda dengan kemampuan tehnis dan manajerial yang bagus menjadi sebuah tim kaderisasi yang kompak dibawah bimbingan seorang syekh yang mengayomi dengan lembut, dan berhasil mentransformasi kerja-kerja tarbiyah kedalam kerangka institusi dengan landasan sistem yang kokoh. Warisan inilah yang merupakan salah satu penjelasan tentang lompatan besar dalam sistem dan kemampuan kerja tim kaderisasi PKS.

Rahmat Abdullah telah pergi merengkuh takdir sejarahnya justru ketika dakwah ini sedang memasuki babak baru dengan tantangan-tantangan baru. Menghabiskan seluruh usia produktifnya dalam perjuangan dakwah, Rahmat Abdullah telah meninggalkan ruang kosong yang besar: simbol spiritualisme dakwah kita yang selalu menghadirkan cinta dalam semua kerja dakwah. Para pencinta adalah pemilik ruh yang lembut. Rahmat Abdullah adalah ruh yang lembut: lembut seluruh hidupnya, lembut cara perginya.



sumber : www.pks-diy.com

Tarbiyah Quote 2

"Bgmn kami menghabiskan waktu di penjara? Hari2 kami dimulai bbrp jam sblm fajar. Pr ikhwan telah bangun, melakukan qiyamul lail dan bersiap utk shalat fajar. Sblm fajar semua ruangan sdh berdengung dgn suara dzikir dan bacaan al-Qur'an. Subuh tiba, kami pun shalat berjamaah. Setelah itu kami pun membentuk halaqah2 berdasarkan tema2 yg berbeda. Setelah itu, akh Muhammad Mahdi Akif akan memimpin kami berolahraga." (Syaikh Yusuf al-Qaradhawi, dikutip dr buku "Kenanganku Bersama Ikhwanul Muslimin")


Diambil dari TQD Ustadz Akmal  

Tarbiyah Quote 1

"Kita tdk ingin kehancuran bangsa terjadi, makanya betapapun keras hantaman dan fitnah kpd kita, kita hadapi dgn tenang, kita solidkan kader, utk menjaga jgn ada langkah sendiri2. Jika kita biarkan, antar komponen bangsa ini bs saling bertengkar, kebakaran ilalang kering bs menyulut sumbu2 pendek yg ada di berbagai daerah." (Ust. Hilmi Aminuddin, dikutip dr artikel "Mas'uliyah Kita", dr Majalah Dakwah Islam Al-Intima' edisi 21, Oktober 2011)


Diambil dari TQD ustadz Akmal  http://www.facebook.com/malakmalakmal

Selasa, 15 November 2011

under construction

sementara ini adalah unofficial blog of pks ujung berung

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons | Re-Design by PKS Piyungan