PKS NEWS UPDATE:
« »

Sabtu, 31 Desember 2011

Orang mukmin itu seperti lebah



Status Facebook Page, KH Muhammad Arifin Ilham, 31 Desember 2011
Assalaamu alaikum warahmatullahi barkaatuhu, Rasulullah bersabda :"Masalul mu'mini kannahli", "Org mu'min itu seperti lebah". 
Perhatikan lebah sahabatku, yg dimakan sari pati bunga - halal toyyib bergizi, yg dikeluarkan madu - tutur kata yg sopan santun mulia, hinggap dimanapun tdk merusak malah menyenangkan - akhlak mulia terutama rendah hatinya, bekerja keras sesuai tugas masing2 - disiplin,sgt ...solid saling menyayangi & melindungi (QS 9:71), satu disakiti mrk bela mati2an, & ingat!, sengatannyapun u menyembuhkan, marahnyapun jadi obat,
SUBHANALLAH, memang tdk ada ciptaan ALLAH yg kebetulan & sia sia, semua punya maksud, makna & tujuan, krn itu JANGAN BERBUAT SIA2 LAGI APALAGI SAMPAI BERANI MA'SIYAT, MALULAH PADA LEBAH!
Gambar diambil dari sini
 

Sikap Mukmin terhadap perubahan waktu

 Status Facebook Page, KH. Muhammad Arifin Ilham , 31 Desember 2011
Sikap mu'min terhadap perubahan waktu, tidak terjebak pada akhir tahun, tidak ada sunnahnya merayakan tahun baru, petasan, terompet, saling mengucapkan selamat apalagi sampai perayaan ma'siyat, ini perayaan yg sia sia, mubazir & jauh dari Syariat ALLAH, 
“Dan janganlah kamu menghambur2kan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros2 itu adalah saudara2 syaitan.” (QS. Al Isro’: 26-27).
Rasulullah ...bersabda, “Dulu kalian memiliki dua hari u senang2 di dalamnya. Sekarang ALLAH telah menggantikan bagi kalian dua hari yg lebih baik yaitu hari Idul Fithri dan Idul Adha”. (HR An Nasaai).
Dan Rasulullah melarang umatnya meniup terompet krn tradisinya org2 yahudi (HR Abu Daud). 
Majlis Ilmu & Zikir bertepatan malam tahun baru bukan untuk merayakan tahun baru itu, tetapi dalam rangka AL AMRU BIL MA'RUF WANNAHYU ANIL MUNGKAR karena sudah terlalu hebatnya ma'siyat malam tahun baru itu. Sungguh bagi org beriman stp hari adalah perubahan waktu krn itulah org beriman terus SIBUK MUHASABAH DIRI, IBADAH, AMAL SHOLEH & DAKWAH...
"Semoga Arifin & kalian semua sahabatku fillah tetap selalu dalam HIDAYAH ALLAH hingga meninggalkan dunia sebentar ini dalam keadaan HUSNUL KHOTIMAH...aamiin".
Dari status ustadz M. Arifin Ilham , gambar diambil dari sini

Selasa, 13 Desember 2011

2 Nikmat





‎"Ada 2 nikmat, dimana banyak manusia tertipu di dalamnya, yaitu kesehatan & kesempatan " (HR. Bukhari)

Ibnul Baththal berkata, "Arti dari hadits itu ialah hanya sedikit sekali orang yang sukses dalam menggunakannya." (Fathul Baari, Jilid IX, hlm. 229, Daar Al Ma'rifah)

"Barang siapa menggunakan kesempatan dan kesehatannya untuk ta'at kepada Allah, maka dialah orang yang amat bahagia. Dan barang
 siapa menggunakannya untuk bermaksiat kepada ALlah, maka dialah orang yang tertipu.

Karena kesempatan senantiasa diikuti dengan kesibukan dan kesehatan akan diikuti dengan masa sakit." (Fathul Baari)

-Disarikan dari buku Efisiensi Waktu dalam konsep Islam (Al Waqt 'Amaar au Damaar 1,2")- Jasiem M. Badr Al Muthawi'-Kuwait: Dar ad-Da'wah



Diambil dari Status Fitriana Nugraha, seorang trainer di Trustco
Gambar dari deviantart

Sabtu, 10 Desember 2011

Jadilah cahaya walau tak tersentuh, tapi selalu menerangi

 
Jadilah cahaya walau tak tersentuh, tapi selalu menerangi, Jadilah angin walau tak berwujud, tapi selalu memberikan kesejukan, Jadilah sahabat walau tak bersama, tapi selalu memberi kehangatan dan doa
"Tidaklah seorang muslim berdoa untuk sahabatnya yang tidak ada dihadapannya, kecuali ada malaikat yang ditugaskan untuk berkata ; "Aamiin..dan juga bagimu seperti apa yg kau doakan" (HR.Muslim)
Dari Status Ustadz Ahmad Heryawan, Sabtu 10 Desember 2011

Kamis, 08 Desember 2011

Membangun Soliditas dengan Kader Berkualitas


Oleh : Solikhin Abu Izzuddin

Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (q.s. Ash-Shaff: 4)


Dimulai dari kader berkualitas

“Setiap umat memiliki orang kepercayaan. Dan orang kepercayaan umat ini ialah Abu Ubaidah bin Al Jarrah.”

Sebuah soliditas adalah keniscayaan dalam jamaah dakwah. Kita memerlukan energy untuk terus membangkitkan semangat dan menghadirkan sosok-sosok pilihan yang mampu memaknai peran tanpa kehilangan jatidiri sebagai aktifis pergerakan. Kader yang senantiasa tegas dan lantang dalam menyuarakan perubahan demi perubahan. Seperti Abu Ubaidah ibnul Jarrah yang tetap teguh menjaga kepribadian. Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam pernah bersabda memuji Abu Ubaidah bin Al Jarrah, “Setiap umat memiliki orang kepercayaan. Dan orang kepercayaan umat ini ialah Abu Ubaidah bin Al Jarrah.”

Bagaimana sosok Abu Ubaidah hingga mendapat pujian sebagai orang kepercayaan? Inilah rahasia super murabbi yang hendak kami sajikan. Beberapa episode penting dalam kehidupannya menjadi inspirasi bagi para murabbi untuk terus menempa diri menghadirkan prestasi demi prestasi dalam setiap episode tarbawi dan dalam setiap mihwar da’awi alias orbit dakwah.

Pada suatu hari Abu Ubaidah dan beberapa tokoh kaum Quraisy lainnya pergi ke rumah keluarga Al Arqam untuk bertemu secara langsung dengan Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam. Oleh beliau, mereka ditawari masuk Islam, dan diperkenalkan syari’at-syari’atnya. Dengan tekun dan tenang Abu Ubaidah mendengarkan apa yang disampaikan oleh beliau. Diam-diam ia mencuri pandang wajah beliau yang nampak sangat rupawan dan bercahaya. Jenggot yang tipis menambah ketampanan beliau. Dan ketika mata Abu Ubaidah beradu pandang dengan mata beliau yang sejuk, seketika ia langsung menunduk dan merasa malu sendiri.

Begitu selesai mendengarkan apa yang disampaikan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Abu Ubaidah dan kawan-kawannya segera menyatakan beriman dengan suka rela dan atas kesadaran sendiri, setelah Allah Ta’ala berkenan membukakan hati mereka menerima Islam. Maka dalam waktu yang sama, Abu Ubaidah dan kawan-kawannya sudah menjadi orang muslim.

Yang menarik dari pribadinya adalah sikap-sikap bijaknya dalam mengatasi konflik. Mampu menyelesaikan masalah-masalah pelik dengan strategi yang sangat cantik dan unik.

Berjiiwa Besar dalam Perang Badar

Dalam perang Badar menghadapi konflik batin yang sangat berat. Dia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, banyak para sahabat Nabi syahid di tangan ayahnya sendiri. Terjadi konflik batin, antara membela sahabatnya atau memerangi ayahnya. Dia harus mengambil keputusan. Dia harus bersikap tegas mengatasi konflik itu, dia harus memerangi dan membunuh ayahnya yang musyrik. Dia memenangkan keputusannya. Membunuh ayahnya. Dengan tangannya. Sungguh sebuah medan konflik yang telah diselesaikan dengan cantik.

Dia segera bisa mengambil keputusan yang tegas. Ia lebih mementingkan membela imannya kepada Allah dan mengutamakan akidahnya yang murni daripada menuruti perasaannya sebagai seorang anak terhadap ayahnya. Tanpa ragu-ragu, dia mendekati ayahnya. Segera melancarkan serangan yang mematikan ke tubuh ayahnya, sebelum didahului oleh temannya sesama pasukan muslim. Dan seketika ayahnya tewas di tangannya.

Momentum dalam Perang Uhud

Dalam perang Uhud. Ketika pasukan orang-orang musyrik menyiarkan kabar bohong bahwa Nabi saw telah terbunuh. Pasukan muslimin guncang. Putus asa. Kendor semangatnya. Menyaksikan hal ini Abu Ubaidah segera menghampiri Nabi saw yang sedang mendapat serangan yang sangat gencar. Bibirnya Nabi terluka. Gigi depannya retak. Pelipisnya memar. Wajah berlumuran darah. Luka. Tepat ketika di dekat Nabi, Abu Ubaidah melihat darah mengalir deras dari wajahnya yang elok. 

Berkali-kali dia segera berupaya menyeka darah yang terus mengalir. Dia menanggalkan salah satu gigi depan Nabi yang sudah retak dengan cara menggigit. Menggunakan giginya. Tanpa peduli, sekuat tenaga dia tarik gigi depan beliau sehingga akhirnya tanggal. Tentu saja hal ini menimbulkan rasa sakit yang luar biasa pada beliau. Tak ayal, darah pun mengucur deras dari mulut Nabi. Tetapi dia merasa senang karena bisa mengurangi rasa sakit yang dialami oleh beliau. Itulah sisi lain Abu Ubaidah, berani mengambil resiko terberat agar Rasulullah selamat. 

Berhasil dalam Perang Dzatus Salasil

Ketika Rasulullah saw mengutus Amru bin Ash dalam perang Dzatus Salasil, bersama 300 prajurit kaum muslimin. Tatkala mereka mendekati kabilah-kabilah tersebut, ternyata jumlah pasukan musuh amatlah besar. Amru bin Ash kemudian meminta tambahan pasukan kepada Rasulullah saw untuk memperkuat skuad pasukan kaum muslimin. 

Rasulullah saw pun mengutus Abu Ubaidah ibnul Jarrah bersama 200 pasukan tambahan. Di dalam pasukan terdapat Abu Bakar Ash-Shiddiq. Rasullah juga mengamanahkan panji kepemimpinan pasukan kepada Abu Ubaidah ibnul Jarrah dan memerintahkan segera menyusul pasukan Amru bin Ash seraya berpesan agar mereka bersatu padu dan tidak berselisih paham.

Ketika Abu Ubaidah tiba bersama pasukannya dan hendak mengimami seluruh pasukan tersebut —karena panji-panji kepemimpinan pasukan sebelumnya diserahkan oleh Rasulullah saw kepadanya—, Amru bin Ash berkata kepadanya, “Sesungguhnya engkau datang kemari untuk menambah pasukan yang aku pimpin. Dan aku adalah komandan pasukan di sini.”

Bagaimanakah sikap Abu Ubaidah?

Abu Ubaidah mematuhi apa yang dikatakan oleh Amru bin Ash yang akhirnya memimpin pasukan kaum Muslimin dan meraih kemenangan.

Saudaraku, Abu Ubaidah mampu memahami esensi pesan Nabi dan tetap menahan diri. “Hendaklah kalian semua bersatu padu dan tidak berselisih paham.” Padahal jelas, Rasulullah menyerahkan panji-panji kepemimpinan pasukan kepadanya, mengapa dia tidak merebut kepemimpinan itu?

Mengapa dia mengalah? Mengapa dia rela dipimpin oleh Amru bin Ash? Mengapa? Justeru di situlah keunggulan integritasnya. Pemimpin sejati adalah yang siap memimpin dirinya sendiri dan lebih mengutamakan soliditas dengan menjaga hubungan daripada memenangkan situasi.

Melejit dalam Berbagai Situasi Sulit

Ketika Rasulullah wafat, terjadi krisis kepemimpinan yang sangat sulit, menyulut konflik dan hampir-hampir memecah belah umat. Kaum muhajirin memilih Abu Bakar, kaum Anshar lebih memilih Sa’ad bin Mu’adz. Di tengah konflik inilah muncul nama Abu Ubaidah. Dia yang dipersaudarakan oleh Nabi dengan Sa’ad bin Mu’adz, tokoh puncak kaum Anshor. Sebenarnya ini sebuah pilihan yang tepat untuk perekat umat. Ini ‘kan kesempatan emas untuk berbuat, memberikan kontribusi penuh manfaat. Namun Abu Ubaidah melihat sesuatu yang oleh orang lain tidak terlihat. Dia bertindak cepat, lalu berseru dengan tawadhu,”Bagaimana kalian bisa mencalonkan aku, sementara di tengah-tengah kalian ada seseorang yang lebih hebat?”

Dia merasa Abu Bakar pilihan yang lebih tepat. Akhirnya Abu Ubaidah segera mengambil tangan Abu Bakar untuk berbaiat padanya, diikuti oleh Umar. Umat pun terselamatkan dari perpecahan. Terpilihlah Abu Bakar sebagai khalifah. Alhamdulillah.

Episode demi episode dilalui Abu Ubaidah penuh dengan pilihan-pilihan sulit. Saat berperang melawan Romawi di bawah pimpinan Heraklius, dalam kondisi terdesak dia mengutus kurir menemui sang khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq di Madinah untuk meminta pertimbangan. Khalifah mengirimkan pasukan tambahan dalam jumlah yang sangat besar untuk membantu pasukan yang sudah ada, seraya menginstruksikan:

“Aku mengangkat Khalid bin Al Walid sebagai panglima untuk menghadapi pasukan Romawi di Syiria. Dan aku harap kamu jangan menentangnya. Tetapi ta’atilah dia, patuhilah perintahnya. Aku memang sengaja memilihnya sebagai panglima, meskipun aku tahu kamu lebih baik daripadanya. Tetapi aku yakin dia memiliki kelihaian perang yang tidak kamu miliki. Mudah-mudahan Allah selalu menunjukkan kita kepada jalan yang lurus.”

Abu Ubaidah menerima perintah khalifah dengan lapang dada. Rela sepenuhnya. Dia sambut Khalid bin Walid dengan suka cita. Dia serahkan tampuk kepemimpinan kepadanya dengan sikap hormat. Khalid tahu, Abu Ubaidah seorang komandan yang cerdas, berpengalaman, dan pemberani. Dia menunjuk Abu Ubaidah sebagai komandan pasukan kavaleri. Lalu pasukan berangkat. Mengepung Damaskus. Khalid bin Walid bergerak ke pintu gerbang kota sebelah timur, Abu Ubaidah bergerak ke pintu gerbang daerah Jabiyah. Komandan-komandan yang lain bergerak ke gerbang masing-masing. 

Kekuatan pasukan kaum muslimin berhasil mengepung kota yang sangat kuat tersebut dari segala penjuru. Karena terus didesak, penduduk kota Damaskus berusaha melakukan perlawanan dengan sangat gigih untuk mempertahankan kota mereka yang tercinta. Di tengah keadaan yang sangat genting tersebut, ketika pasukan kaum muslimin bertempur habis-habisan dengan pasukan Romawi, Umar bin Khattab ra menemui Abu Ubaidah. Membawa kabar, Abu Bakar telah wafat. Umar juga hendak memecat panglima Khalid bin Al Walid, mengembalikan kepemimpinan kepada Abu Ubaidah. 

Abu Ubaidah menyembunyikan berita duka agar tidak terdengar oleh pasukan kaum muslimin yang sedang gigih bertempur di bawah komando panglima Khalid bin Walid melawan pasukan Romawi. Dia khawatir berita kematian sang khalifah Abu Bakar membuat suasana gempar sehingga kekuatan jadi buyar. Bahkan surat Umar untuk pemecatan Khalid bin Al Walid dia tahan, mencari waktu yang tepat benar. Sebab, mereka tengah menghadapi pasukan yang sangat tangguh. Bahkan keadaan pasukan kaum muslimin sedang terdesak. Abu Ubaidah tetap tegar dan tidak mau menyerah. Dia terus berjuang habis-habisan. Dia merasa jika terus menerus mengepung kota Damaskus yang sangat kuat, bisa menguras kekuatan pasukan kaum muslimin, melemahkan semangat mereka, dan menimbulkan kebosanan. Akhirnya dia mencari jalan keluar. Menawarkan gencatan kepada penduduk kota Damaskus. Namun dalam waktu yang bersamaan Khalid bin Al Walid baru saja berhasil mendobrak pintu gerbang kota sebelah timur sehingga dapat memasuki kota tersebut dengan leluasa.

Abu Ubaidah dan Khalid bin Al Walid lalu bertemu. Mereka terlibat perdebatan sengit tentang apa yang harus dilakukan terhadap kota Damaskus, apakah ditaklukkan dengan kekerasan atau memilih jalan damai, gencatan senjata?

Abu Ubaidah bersikukuh menempuh jalan damai dengan penduduk Damaskus, sehingga Khalid bin Walid pun luluh. Mengalah demi menghormati Abu Ubaidah yang terlanjur telah mengadakan perjanjian damai dengan penduduk Damaskus. Khalid bin Al Walid tunduk patuh kepada Abu Ubaidah setelah mengetahui bahwa dirinya sudah dipecat sebagai panglima oleh Umar bin Khattab, khalifah yang baru.

Belajar Keulungan dari Abu Ubaidah

Mari kita belajar dari salah seorang dari Sepuluh Orang yang Dijamin Surga, dialah Abu Ubaidah ibnul Jarrah. Seluruh mozaik kehidupannya perlu kita telisik dengan unik karena sosoknya mencerminkan kader pengokoh soliditas jamaah terutama di saat sulit, dalam berbagai medan konflik dapat dilalui dengan cantik. Kalau surga merindukannya tentunya ini pula yang menjadi obsesi kita.
  • Pertama, cepat merespon kebaikan demi kebaikan sejak pertama kali bergabung bersama Islam. Prestasi keislamannya dan berbagai peran unggulannya munculnya dari tarbiyah yang paripurna. “Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat baik.” (q.s. An-Nahl: 128)
  • Kedua, memiliki visi yang kuat dalam berjamaah. Yakni keterikatan dia pada jamaah karena ikatan visi, ikatan aqidah, keimanan, dakwah dan ukhuwah bukan karena ikatan kepentingan berupa jabatan, gengsi popularitas maupun kenikmatan duniawi yang sesaat. Medan konflik peran dan konflik batin mampu dilalui dengan sangat manis karena orientasi rabbani benar-benar menghunjam dalam diri.
  • Ketiga, mampu mengelola perbedaan menjadi kekuatan dan mensinergikannya menjadi jalan kemenangan demi kemenangan meski kemenangan tersebut bukan diatas namakan pada dirinya. Dia mampu menahan diri untuk tidak begitu menyampaikan berita-berita penting di saat-saat genting agar tidak menimbulkan konflik yang meruncing. Seorang murabbi dan para pemimpin dakwah mesti memiliki kecerdasan praktis seperti ini. Yakni kecerdasan untuk mengetahui apa yang harus dikatakan kepada orang tertentu, mengetahui kapan mengatakannya, tahu bagaimana mengatakannya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. (Robert Sternberg – dalam buku OUTLIERS Malcolm Gladwell)
  • Keempat, organisasi adalah system dan sarana bukan tujuan. Dalam menjaga soliditas jamaah dakwah Abu Ubaidah sangat peka merasakan betapa pentingnya menjaga soliditas team dan keberlangsungan system karena adanya tujuan-tujuan agung dakwah yang hendak diraih bersama.
  • Kelima, Selalu berorientasi memberi. Bila setiap kader memiliki jiwa seperti Abu Ubaidah kita akan merasakan atmosfer tarbiyah dan aura dakwah begitu melimpah ruah karena para ikhwah adalah barisan orang-orang yang sadar untuk memberikan kontribusi dalam perjuangan. Dan ini bisa dibangun dari lima pilar kesadaran berorganisasi atau berjamaah dalam kemenyeluruhan dakwah Islamiyah, yakni :

1. Individu bagian dari FUNGSI pencapaian TUJUAN. 
2. Semangat MEMBERI mengalahkan semangat MENERIMA. 
3. SIAP menjadi TENTARA KREATIF dalam bingkai KESETIAAN dan KETAATAN.
4. Berorientasi pada KARYA bukan POSISI
5. BEKERJASAMA walaupun BERBEDA
(M. Anis Matta, Dari GERAKAN ke NEGARA)


Bukan Menuntut tapi Memulai…

Soliditas itu dimulai dan dibangun dari dalam diri setiap kader dakwah, murabbi dan murabbiyah secara sadar. Sebab kebanyakan orang keluar dari organisasi --menurut Azim Premji Milyuner Muslim dari India—bukan karena tidak cinta kepada organisasinya namun karena manajemen yang buruk. Nah, kader-kader dakwah yang clear, care and competence mesti menjadi pelopor kebaikan dalam diri dengan mampu menjaga quwwatush shilah billah yang terimplementasi dalam ranah ukhuwah dari tataran dasar salamatush shadr hingga puncak itsar. 

Inilah cara sehat untuk sehat. Kita sehat kalau berpikir untuk memberi manfaat kepada orang lain dan kita mudah lelah dan sakit bila hanya memikirkan kepentingan diri sendiri. Saat kita memberikan yang terbaik, sesungguhnya kebaikan itu akan kembali kepada kita juga.

Saudaraku, mari kita membentuk diri dengan spirit keulungan seorang murabbi sejati. Super murabbi didikan Rasulullah. Abu Ubaidah yang mampu mengelola konflik demi konflik dengan apik. Bukan untuk kebesaran dirinya tapi untuk kemenangan bersama. Kemenangan besar. Itulah yang mensurgakan perannya, yang mengangkat kebesaran jiwanya. Keunggulan dalam ketawadhu’an. Ketegasan dalam kesabaran. 

Dibutuhkan kesabaran yang super seperti Abu Ubaidah untuk bisa meraih kemenangan yang besar. Kesabaran untuk kebesaran. Itulah cara mengelola sikap optimisme agar menjiwa, mendarahdaging, mensumsum tulang dalam berpikir menang. Kemenangan di alam jiwa, kemenangan di alam nyata.

Begitulah hidup. Lebih bermakna bila fokus pada kualitas tanpa meremehkan kuantitas. Adapun bila kualitas bergabung dengan kuantitas tentu akan menjadi kekuatan super dahsyat. Seperti kejeniusan pikiran seorang pemimpin, bersarang dalam hati yang ikhlas, tegak di atas fisik yang kuat, dan tampak dalam kemuliaan akhlak.

Semoga kita bisa mewujudkannya… dan itu dimulai dari dalam diri setiap ikhwah, kader-kader dakwah dan tarbiyah. Ya Ayyuhalladziinaa aamanuu intanshurullaha yanshurkum wa yutsabbit aqdamakum.

-----
Maraji’:
1. Sepuluh Orang yang Dijamin Masuk Surga - 
2. Outliers – Malcolm Gladwell
3. Dari Gerakan ke Negara – Anis Matta
4. Happy Ending full Barokah – Solikhin
5. Azim Premji ‘Billgate Muslim’ dari India – Haris Priyatna


Diambil dari : Blog PKS PIYUNGAN - Bekerja Untuk Indonesia
Foto milik Hermawan Wicaksono

Inna Ma'al 'Usri Yusra (Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan).


Sesungguhnya setelah kelaparan ada kenyang, sesudah
dahaga ada kesejukan, setelah begadang ada waktu
tidur, setelah sakit ada sembuh, pasti yang sesat akan
menemukan jalannya, yang telah melalui kegelapan ada
secercah cahaya terang benderang. Lihatlah para
petualang di sebuah gua yang gelap, setelah berjalan
kesana kemari melihat setitik lobang cahaya.
Karena apa? Karena Allah berfirman :" Mudah-mudahan
Allah akan mendatangkan kemenangan atau keputusan
kepada kita dari sisiNya. Kata 'Asa
(mudah-mudahan),dalam kamus Allah itu merupakan suatu
kepastian,bukan seperti mudah-mudahan dalam bahasa
lisan makhluk, yang tak pasti.

Beri kabar gembiralah bagi malam yang gelap, bahwa

esok lusa akan ada fajar dari puncak gunung, dan
celah-celah lembah, berihkabar gembiralah bagi mereka
yang dalam keadaan gelisah, goncang, bahwa dalam
lamhatilbashar menurut pandangan Allah, akan ada
kegembiraan, ada kelembutan tersembunyi dibalik
penderitaan itu.

Apabila kita melihat dan berjalan ditengah padang

pasir nan tandus itu,.kita berjalan lagi..masih juga
padang pasir,.berjalan terus,..sampai suatu saat kelak
kita akan menemukan dedaunan hijau, perkampungan
hijau, ada kehidupan disana.Semua itu kerana apa,..?
Karena setiap ada muara ada hulunya atau sebaliknya.
Ada ujung ada pangkalnya, ada kesulitan pasti setelah
itu ada kemudahan.

Bila kita melihat tali itu kuat dan sambung menyambung

,.lihatlah suatu saat pasti akan ada terputus juga,
dibalik kemelaratan, pasti ada kebahagiaan, didalam
ketakutan, akan disertai rasa aman, dalam kegoncangan,
setelah itu pasti angin itupun tenang kembali. Ombak
menderu-deru, tidak selamanya ia berhembus terus,
pasti ada masa tenangnya. Karena apa…? Karena Allah
sudah berfirman :" Tuulijullaila finnahaari..wa
tuulijunnahaara fillaili "( Allah menggantikan malam
kepada siang,siang diganti malam).Masa regenerasi dan
pergantian itu pasti ada.

Jadikanlah jeruk nipis itu menjadi manis !!


Orang yang cerdas, lagi pintar, akan merubah

kerugian-kerugiannya kepada
keberuntungan-keberuntunga

n.
Sementara orang yang bodoh lagi selalu dalam keadaan
bingung, akan menambah musibah menjadi dua
musiabah,.bahkan musibah bertingkat-tingkat.

Lihatlah betapa Rasulullah SAW diusir dari kampung

kelahirannya Mekkah. Apakah beliau bersikap pessimis
dan patah semangat? Tidak bukan? Beliau hijrah ke
Medinah dan mencari penghidupan baru disana, berkarya,
bekerja dan berdakwah, sehingga jadilah beliau maju
dan dapat membangun Medinah menjadi manusia-manusia
bertaqwa, setelah mapan beliau baru kembali membangun
asal negerinya yang beliau pernah diusir
itu.Bayangkan,..seorang yang ummi, tak tahu baca dan
tulis , diusir dari kampung halamannya sendiri, dan
oleh bangsanya sendiri, dapat merubah masyarakat dari
lembah kejahiliaan, menjadi insan yang tahu ilmu, tahu
nilai-nilai akhlak yang luhur, dan maju dalam
perekonomian. Dikenal dan dikenang dalam sejarah turun
temurun.

Imam Ahmad bin Hanbal dipenjarakan, dicambuk, apa yang

terjadi pada beliau setelah itu? Beliau jadi Imam ahli
Sunnah.
Imam Ibnu Tayyimiyah keluar dalam tahanannya penuh
dengan ilmu yang berlimpah ruah. Mengarang 20 jilid
buku fiqh.
Ibnu Katsir Ibnu jauzi di Baghdad Dan Imam Malik bin
raib di timpa musibah yang hampir mematikan beliau,
dengan penderitaannya itu beliau telah menulis qasidah
yang benar-benar membuat orang terpukau,sya'ir-sya'ir
beliau yang membuat orang membacanya terperangah dapat
mengalahkan penyair-penyair Abbasiyyah yang terkenal
itu.

Apabila seseorang menimpakan kepadamu kemudharatan,

dan apabila kamu ditimpa musibah,.maka lihat lah dari
sisi lainnya. Bila kamu melihat kegelapan, carilah
titik terangnya. Apabila kamu disuguhkan seseorang
secangkir jeruk nipis yang asam, maka tambahkanlah
gula didalamnya biar terasa manis.

Apabila seseorang memberikan serigala yang galak

kepadamu, maka ambillah kulitnya yang berharga,
tinggalkan yang tak berharga. Apabila kamu diserang
dan digigit kalajengking, maka ambillah obat
antibiotik dari binatang itu juga, karena didalamnya
juga ada racun hidup yang dapat mematikan kuman.

Jadikanlah AC pendingin di dalam tubuhmu yang keras,

dan panas itu sebagai penyeimbangnya. Agar keluar dari
dalam tubuh kita bunga yang harum semerbak wanginya.
Bila kamu benci akan sikap seseorang, jangan jauhi ia,
ambil dan lihat sisi baik darinya. Semua ini karena
apa..? Karena Allah berfirman : " 'Asaa antakrahuu
syaiaan,wahuwa khairullakum ". Bisa jadi sesuatu yang
kamu benci itu,malah disebalik itu ia baik untukmu.
Begitupun sebaliknya,." Bisa jadi suatu yang sangat
kamu cintai, ia tak baik dan menjadi mudharat untukmu
juga ".

Masyarakat Prancis selalu berada dalam penjara sebelum

terjadi revolusi. Ada yang hidup dalam optimis, ada
yang pessimis.

Adapun yang Optimis maka ia akan selalu melihat

pandangan ke atas langit , kepada bintang, sementara
yang pesimis selalu melihat tanah di jalanan, selalu
menangis. Tak bergerak, tak ada daya dan upaya menuju
kemajuan.

Awali Hari ini dengan Senyuman...
Ditulis oleh Fitriana Nugraha, Trainer TRUSTCO di FB nya 

Talkshow kemajuan Jawa Barat bersama Ustadz Ahmad Heryawan

Beberapa hari lalu talk show di MetroTV tentang kemajuan Pembangunan di Jawa Barat 
 

Cermin Pribadi Pemuda Muslim


Teringat cerita seorang pemuda yang ingin mendaftarkan dirinya sebagai prajurit dalam sebuah peperangan yang dipimpin Rasulullah SAW. Ia datang membawa pedang yang panjang pedangnya itu melebihi tinggi badannya. lalu dengan tegas Rasulullah menolak niatannya karena ia belum memiliki seni berperang. Lalu Pemuda itu pulang dan berdiskusi dengan ibunya, lalu Ia terus belajar dan mencari kelebihan yang ia miliki sehingga ia pun menemukan bahwa ia pandai menulis dan berbahasa. Di kemudian harinya Rasulullah mengangkat beliau sebagai sekretaris pribadi. Dan pemuda itu adalah Zaid bin sabit.
Lain hal nya dengan Arqam bin abi arqom. Beliau dengan tulus merelakan rumah tinggalnya digunakan sebagai tempat halaqah pertama Rasulullah beserta para sahabat. Ia dengan ikhlas membuka selebar-lebarnya pintu rumah nya agar aktivitas dakwah itu berlangsung. Padahal jika kaum kafir Quraisy tau akan perkara ini, maka sudah lah pasti rumah tersebut akan di bumi hanguskan. Tetapi pemuda satu ini memiliki keyakinan yang kuat akan dakwah Islam sehingga ancaman tersebut bukan menjadi penghalang baginya.
Ada juga pasangan sahabat yang masih muda, yang sangat ingin membunuh Abu Jahal karena mereka mendengar bahwa Abu Jahal sangat sering mengintimidasi Rasulullah. Dengan niat membela manusia yang mereka cintai, maka pada perang Badar tercapailah apa yang telah mereka cita-citakan dan abu Jahal pun mati di tangan kedua pemuda ini. Kedua pemuda ini adalah Muadz bin afra dan Muadz bin Amru.
Dan pemuda satu ini, dengan istiqamah walau disiksa, dicambuk, dijemur di bawah matahari yang terik, dihimpit batu besar, tidak melunturkan aqidahnya dan senantiasa mengucapkan “Ahad”, Allah Yang Satu. Pemuda ini sangat dikenal di masyarakat karena namanya sangat sering disebut, terutama di masjid-masjid. Ia adalah Bilal bin rabbah.
Mereka kesemuanya adalah pemuda dan mereka pernah eksis di muka bumi ini. Mereka memiliki karakter yang jika kita cerminkan ke para pemuda saat ini, maka sangat sulit ditemukan karakter pemuda yang sama seperti mereka. Krisis karakter yang dialami pemuda saat ini, seharusnya sedikit demi sedikit harus kita atasi. Kita mulai mencoba untuk membangun kembali karakter para pemuda, terutama pemuda muslim saat ini. Karakter menjadi sangat urgen karena nasib dari bangsa dan peradaban ini ke depannya berada di tangan para pemuda. Karakter–karakter yang perlu di miliki pemuda muslim itu bisa kita sarikan dari Rasulullah SAW, para sahabat, ataupun para pemuda pejuang lainnya. Lalu apa saja karakter yang sangat esensial dibutuhkan oleh pemuda muslim saat ini?
“Iqra’”, kalimat pertama yang disampaikan Jibril kepada Rasulullah SAW. hal ini jika kita salami maknanya mengisyaratkan kepada kita akan pentingnya belajar atau menimba ilmu. Ibnu katsir di dalam tafsirnya mengatakan bahwa Allah sangat baik kepada manusia karena Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui oleh manusia itu. sehingga dengan ilmu ini lah Allah memuliakan manusia di bandingkan dengan makhluk ciptaan lainnya. Dan hal ini juga yang mengharuskan bahwa seseorang itu wajib menuntut ilmu. Oleh karena itu, karakter yang perlu dibangun oleh pemuda muslim salah satunya adalah jiwa-jiwa yang senantiasa menimba ilmu.
Selanjutnya yang perlu dipupuk oleh Pemuda Muslim adalah idealisme yang Islami. Secara terminologi Idealisme adalah aliran yang menjunjung tinggi ide. Secara definisi idealisme adalah aliran yang mengutamakan ide-ide sebagai landasan kehidupan seseorang. kita mengetahui bahwa idealisme itu memiliki cirri khas, yaitu ide. ketika Ide itu berasal dari manusia, maka sudah jelas ide tersebut memiliki batasan karena kapasitas manusia dalam menggagas ide itu sangat terbatas juga. Maka umat Islam sebenarnya memiliki keunggulan, yaitu karena Umat Islam punya sumber ide yang tidak memiliki batas yang kita semua umat Islam meyakini hal tersebut. Sumber ide tersebut adalah Al Qur’an dan hadits. Ketika idealisme itu bersumber pada sumber yang tidak memiliki batas, maka dapat dipastikan kesempurnaan dari idealisme itu. Dan penulis membahasakan idealisme ini sebagai idealisme yang islami. Dan Pemuda Muslim saat ini wajib Berpegang Teguh terhadap idealisme yang islami itu.
Karakter Pemuda Muslim masih kurang jika hanya berpedoman pada dua karakter sebelumnya apalagi karakter untuk pemuda muslim yang menginginkan perubahan. Karakter selanjutnya yang diperlukan oleh Pribadi Muslim adalah Memiliki visi atau tujuan hidup yang jauh ke depan. Visi ini lah yang nantinya akan menjadi sebuah peristiwa baru yang akan dicantumkan ke dalam buku sejarah peradaban dunia.
Dan jika kesemua karakter itu sudah dimiliki pemuda muslim, maka kesemuanya itu harus dibalut dengan ikatan yang bernama istiqamah. Agar kekuatan karakter itu kokoh dan kuat. Mampu bertahan ketika ada yang ingin menggoyangkannya atau mengubahnya. Karakter ini juga lah yang mampu membuat pemuda muslim itu mampu menjaga semangat pemuda, walau ia dicaci, dimaki, atau dijatuhkan sekalipun. Rasulullah pun pernah berpesan kepada salah satu sahabatnya tentang sifat ini. Dari Abu Sufyan bin Abdillah Radhiallahu ‘anhu berkata: Aku telah berkata, “wahai Rasulullah katakanlah kepadaku pesan dalam Islam sehingga aku tidak perlu berkata pada orang lain selain engkau. Nabi menjawab, “katakanlah aku telah beriman kepada Allah kemudian beristiqamahlah”.
Sehingga ketika Pemuda muslim saat ini memiliki karakter-karakter yang tersebut di atas, maka seperti itulah cerminan Pribadi Pemuda Muslim. Karakter-karakter tersebut tidak mutlak, tetapi hal tersebut merupakan karakter yang dominan yang seharusnya dimiliki Pemuda Muslim saat ini.

Sumber: http://www.dakwatuna.com picture from here

Selasa, 06 Desember 2011

Inilah Asal Kelemahan Kita




Pernahkah kita merasa terhimpit, Saudaraku? Di mana amanah seolah menjadi penjara jiwa. Rutinitas dakwah sudah seperti belenggu yang memberatkan. Kemudian dalam kelelahan itu, kita berpikir bahwa besar sekali pengorbanan yang telah kita lakukan. Namun tidak lama, kita kembali bersedih, mengingat sedikitnya apresiasi yang kita dapat. Reward yang kita raih tidak sebanding dengan cost yang kita keluarkan. Qiyadah rasanya tidak terlalu sensitif terhadap apa yang kita rasakan. Para jundi pun cuek, bak menutup mata dan meninggalkan kita.
Jika itu yang kita rasakan, bersabarlah, Saudaraku. Tidak ada pisau tajam tanpa dibakar dan ditempa. Tidak ada emas indah tanpa dipecah dan dilebur. Boleh jadi rasa sakit yang selama ini kita rasakan adalah sebuah proses, di mana Allah ingin mengajarkan kita tentang arti kekuatan yang sesungguhnya, tentang perjuangan yang sebenarnya, dan tentang pengorbanan yang seutuhnya.
Saudaraku, selain penuh onak duri, jalan dakwah ini begitu panjang dan sempit. Itu sebabnya tidak semua orang dapat memasuki dan menjalaninya. Maka Saudaraku, bekalilah diri kita dengan kepemahaman. Karena kekecewaan kita, protes kita, atau keluh kita, boleh jadi adalah bukti ketidakmampuan kita dalam memahami hikmah atas apa yang Allah ajarkan kepada kita. Atau bisa juga disebabkan oleh kurangnya kepemahaman kita dalam memaknai arti dakwah itu sendiri. Berhati-hatilah, Saudaraku. Ketika kita telah merasa berkorban, sesungguhnya kita belumlah berkorban. Karena tidak ada pengorbanan yang diiringi dengan penyesalan. Tidak ada pengorbanan yang disertai dengan kesombongan.
Dakwah ini berat, bagi mereka yang suka mengeluh. Dakwah ini menyakitkan, bagi mereka yang tidak pernah berkorban. Dakwah ini mengecewakan, bagi mereka yang selalu menuntut. Dakwah ini membosankan, bagi mereka yang jauh dari keteladanan. Dan pada akhirnya, dakwah ini hanyalah seonggok nurani yang terkapar, yang menunggu waktu hingga datang seorang juru dakwah yang tulus, kuat, dan teguh dalam mengemban amanah ini.
Ia mau menerima beban, lantaran sadar dan peduli bahwa harus ada yang memikul tanggung jawab ini. Ia siap menjalaninya, karena ia yakin tidak sendiri. Selalu ada ‘tangan-tangan’ tersembunyi yang senantiasa menuntun dan menolongnya. Selalu ada balasan yang besar dan derajat yang tinggi dari-Nya, itulah yang membuatnya tetap tersenyum meskipun ia terluka.
“Allah memberi ganjaran yang sebesar-besarnya dan derajat yang setinggi-tingginya bagi mereka yang sabar dan lulus dalam ujian kehidupan di jalan dakwah. Jika ujian, cobaan yang diberikan Allah hanya yang mudah-mudah saja, tentu kita tidak akan memperoleh ganjaran yang hebat. Di situlah letak hikmahnya, yaitu bagi seorang da’i harus sungguh-sungguh dan sabar dalam meniti jalan dakwah ini. Perjuangan ini tidak bisa dijalani dengan ketidaksungguhan, azzam yang lemah, dan pengorbanan yang sedikit.” (Alm. Ust. Rahmat Abdullah)
Allahua’lam..

Oleh: Seftiawan Samsu Rijal, Yogyakarta
Diambil dari www.fimadani.com gambar pirated from 500px.com

Orang-orang Yang Dido’akan Para Malaikat




Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci”.
(Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)
Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia’”
(Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Muslim no. 469)
Orang-orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang – orang) yang berada pada shaf – shaf terdepan”
(Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra’ bin ‘Azib ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)
Orang-orang yang menyambung shaf pada sholat berjamaah (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf).
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang-orang yang menyambung shaf-shaf”
(Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)
Para malaikat mengucapkan ‘Amin’ ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah.
Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu”.
(Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 782)
Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.
Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat akan selalu bershalawat ( berdoa ) kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia’”
(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)
Orang-orang yang melakukan shalat shubuh dan ‘ashar secara berjama’ah.
Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’, mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat’”
(Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)
Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
Rasulullah SAW bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan’”
(Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda’ ra., Shahih Muslim no. 2733)
Orang-orang yang berinfak.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit’”
(Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)
Orang yang sedang makan sahur.
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat (berdoa ) kepada orang-orang yang sedang makan sahur” Insya Allah termasuk disaat sahur untuk puasa “sunnah”
(Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)
Orang yang sedang menjenguk orang sakit.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh”
(Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib ra., Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, “Sanadnya shahih”)
Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, “Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain”
(Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)
Sumber :
Syaikh Dr. Fadhl Ilahi, Orang-Orang yang Didoakan Malaikat
Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Februari 2005
Diambil dari www.fimadani.com gambar dibajak dari www.500px.com

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Coupons | Re-Design by PKS Piyungan